Budilaksono.com...Salam Inspiratif, Kepada bapak ibu
guru di seluruh Indonesia dengan cita-cita pemerintah untuk meningkatkan sumberdaya manusia lulusan SMK yang berbudaya kerja dengan terapkan profil pelajar pancasila maka terapankan kurikulum baru kepada SMK Pusat Keunggulan. SMKN 1 Bawang merupakan SMK terpilih untuk menjadi SMK
Centre of Exelent (COE) dari 10.000 SMK se-Indonesia dipilih 490 SMK saja. SMK N 1 Bawang sebagai sekolah pusat keunggulan harus
menyiapkan peserta didik berbudaya kerja melalui pembelajaran dikelas dan
kegiatan sekolah.
Pada tahun pelajaran baru 2021/2022, SMK Negeri 1
Bawang Banjarnegara menerapkan Kurikulum baru Pusat Keunggulan untuk kelas X. Pembelajaran
wajib habis pada semester 1 (ganjil) di kelas XII, dan semester genap (2)
khusus untuk PKL. Semua mata pelajaran digabung termasuk jam kejuruan untuk
kelas X hanya 6 jam, kelas XI hanya 15 jam dan kelas XII semester 1 hanya 17
jam. Mata pelajaran C1 tergabung menjadi mata pelajaran baru yakni PIPAS (Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial) 6 jam dan muncul mata pelajaran baru yakni P5BK (Program Penguatan
Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja) kelas X 8 jam, kelas XI 4 jam dan
kelas XII 3 jam.
P5BK (Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan
Budaya Kerja) merupakan pembelajaran yang ditekankan pada pendidikan budi
pekerti, budi pakerti in action, pendidikan karakter bangsa, pendidikan
berbasis budaya dan apapun namanya yang semua itu untuk “karakter” dengan enam
(6) ciri utama profil pelajar Pancasila sebagai perwujudan pelajar Indonesia
yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan
global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Dengan P5BK ini, akan memperkuat upaya penguatan
pendidikan karakter dalam mencetak
generasi muda yang memenuhi Profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila adalah
perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global. “Pembelajar sepanjang
hayat”, tentu hal ini tidak hanya untuk
siswa, begitu juga seluruh guru. Jadi
pelajar di sini, kita semua termasuk di dalamnya. Dengan Profil Pancasila, kita semua mampu mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila dalam budaya kerja.
Penguatan
Profil Pelajar Pancasila
Pendidikan yang baik akan menjadikan negara berbudaya
serta mempunyai peradaban baik di masa depan dengan harapan peserta didik tertanamkan
budi pekerti dan meningkatkan daya nalar kritis. Dengan begitu peserta didik
dapat mengimplementasikan apa yang mereka pelajari selama di bangku sekolah
dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka dapat merasakan manfaatnya untuk diri
sendiri maupun lingkungan.
Selain itu peserta didik juga memiliki nilai karakter
Pancasila dan mencerminkan profil Pelajar Pancasila mulai dari beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa hingga kemampuan bernalar kritis. Upaya
menumbuhkan profil pelajar Pancasila dalam kegiatan pembelajaran ada 6 ciri
utama, di antaranya yaitu :
1.
Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan YME
Pelajar Pancasila haruslah berakhlak mulia. Pelajar
Pancasila mengerti apa itu nilai spiritualitas, punya rasa cinta kepada agama,
manusia, dan cinta kepada alam. Akhlak mulia ini bisa dilihat dari moralitas
yang terpancar dari setiap pribadi Pelajar Pancasila. Akhlak mulia ini menjadi
karakter yang sangat penting untuk dimiliki pelajar pancasila. Dengan akhlak
yang mulia pelajar pancasila bisa berperilaku baik kepada masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Untuk menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila dimulai
dari pemberian arahan, pemahaman serta pembiasaan siswa baik di rumah, sekolah
atau lingkungan masyarakat. Beberapa hal yang bisa diterapkan di sekolah dalam
kegiatan belajar mengajar dari pemberian materi agama, melatih keikhlasan
dengan membantu orang lain, menggalang donasi setiap hari Jumat, hingga
membiasakan diri untuk berperilaku 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun)
di lingkungan sekolah. Beberapa kebiasaan kecil ini diharapkan dapat
menumbuhkan perilaku baik pada diri siswa serta kebiasaan menghormati orang
lain.
2.
Berkebinekaan Global
Melalui profil / karakteristik kebhinekaan tunggal,
diharapkan siswa dapat menjaga budaya luhur, lokalitas dan identitas serta
berpikiran terbuka ketika berinteraksi dengan budaya lain. Artinya, siswa bisa
mempertahankan budayanya sendiri tanpa harus menolak atau tidak menghargai
budaya lain.
Dalam hal ini, upaya menumbuhkan profil Pancasila bisa
dilakukan melalui pembelajaran antropologi atau kegiatan yang mengenalkan
budaya asli, seperti ekstrakurikuler tarian daerah. Dengan begitu, diharapkan
siswa dapat menyadari bahwa setiap daerah mempunyai budayanya sendiri dan
mereka tidak kaget ketika harus berhadapan dengan budaya lain di lingkungan
berbeda.
3.
Gotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong,
yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela
agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.
Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
Gotong royong merupakan karakteristik atau budaya
Indonesia yang harus dipertahankan. Gotong-royong sangatlah penting untuk
mencapai tujuan bersama dari kerjasama yang baik. Jangan sampai perilaku gotong
royong hilang dalam era kompetitif seperti saat ini. Untuk menumbuhkan
gotong-royong dan rasa saling menghormati pada siswa, guru bisa menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, misalnya melalui metode belajar
diskusi. Sekolah juga bisa mengadakan kegiatan bersih-bersih atau kompetisi
kelas terbersih untuk membuat siswa dalam satu kelas bekerja sama membersihkan
kelas mereka masing-masing, demi mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan
kompetisi. Guru berperan aktif dalam memotivasi siswa agar dapat bekerjasama
yang baik.
4.
Mandiri
Pelajar yang mandiri
memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif,
keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat, dan juga mampu mermotivasi
untuk meningkatkan kemampuanya. Selalu
percaya diri giat dan aktif dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contohnya aktif ke perpustakaan atau secara online mencari sumber sumber
belajar.
Untuk melatih kemandirian siswa di sekolah,
dibentuklah kegiatan ekstrakurikuler yang memang ekspert melatih kemandirian
siswa, seperti ekstrakurikuler Pramuka, Paskibra dan lainnya. Sekolah dapat
mewajibkan siswa untuk mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Dalam
kegiatan pembelajaran di kelas pun, guru dapat melatih kemandirian siswa
misalnya dengan mengumpulkan tugas tepat waktu memulai KBM tepat waktu, serta
memberi punishment atau hukuman bagi siswa yang tidak disiplin.
5.
Kreatif
Kreativitas dalam diri seseorang membuat kehidupan
lebih baik dan cenderung menghasilkan sesuatu yang unik serta mengubah
perspektif banyak orang. Kreativitas juga membuat seseorang melihat kehidupan
dalam sudut pandang yang berbeda dan membantu memecahkan masalah dengan cara
kreatif.
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen
kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta
menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Guru berperan penting untuk menumbuhkan kreativitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan yaitu dengan cara memberi kebebasan penugasan pada siswa untuk
mengasah kreativitas mereka. Artinya, siswa dapat menentukan pembelajaran
sesuai dengan minatnya masing-masing, dan guru dapat memberikan dasar serta
konsep materi dalam kurikulum Selain itu, siswa juga bisa diberi pemahaman
pelajaran seni budaya dan melakukan praktik yang menumbuhkan kreativitas,
misalnya praktik melukis, membuat batik dan pembuatan karya lainnya.
6.
Bernalar Kritis
Di era globalisasi yang penuh dengan kompetisi yang
ketat ini, pendidikan harus diarahkan ke peningkatan daya saing agar bangsa
Indonesia dapat berkompetisi secara global. Pendidikan di sekolah bukan hanya
pemberian pemahaman konsep ilmiah saja, tetapi yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau bernalar kritis siswa.
Pelajar Pancasila mampu menyelesaiakan masalah dengan
berfikir rasional, mampu menciptakan hal-hal yang baru. Berpikir kritis
merupakan sebuah proses di mana pelajar harus membuat penilaian yang masuk
akal, logis, dan dipikirkan secara matang. Sebagai contoh saat mengikuti
kegiatan karya ilmiah dituntut untuk Berpikir kritis diperlukan dalam rangka
memecahkan suatu permasalahan sehingga diperoleh keputusan yang cepat dan
tepat.
Bernalar kritis artinya proses berpikir untuk
mendapatkan dan mengubah informasi menjadi keputusan atau kesimpulan yang
tepat, dan membantu siswa memecahkan masalah dengan baik. Hal ini tidak bisa
diajarkan sekali, tetapi membutuhkan waktu lebih lama. Oleh sebab itu, siswa
perlu dilatih dan dibiasakan untuk berpikir kritis. Setiap pembelajaran di
sekolah diharapkan dapat meningkatkan kecakapan hidup dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Penguatan
Budaya Kerja
Budaya kerja adalah pembiasaan yang dimulai dari
hal-hal kecil sehingga menjadi kebiasaan/ habit yang dibutuhkan di industri
dunia usaha dan dunia kerja. Budaya kerja juga dapat diartikan cara pandang
seseorang terhadap bidang yang ditekuninya dan prinsip-prinsip moral yang
dimiliki akan menumbuhkan keyakinan yang
kuat atas dasar nilai-nilai yang diyakini, memiiki semangat yang tinggi dan
bersungguh-sungguh untuk mewujudkan prestasi terbaik. Budaya kerja ini memiliki
hubungan yang erat dengan produktivitas kerja dan sangat diperlukan peserta
didik SMK untuk menyiapkan diri masuk ke industri dunia usaha dan dunia
kerja.
Penguatan budaya kerja
untuk menghasilkan sumberdaya manusia unggul dari sekolah ada 6 materi yakni
membangun tim kerja di sekolah, pembinaan kedisiplinan taruna, pembinaan
ketarunaan, pembinaan kerohanian, pengembangan bakat dan minat peserta didik
SMK, dan pembentukan karakter kerja dan kontrak belajar.
Pembentukan karakter
kerja merupakan penguatan karakter
peserta didik dalam melakukan kegiatan profesionalisme sesuai bidang melalui
harmonisasi olah fisik, olah rasa, olah fikir, olah raga atas dasar latihan dan
pembiasaan sikap prilaku dan tanggungjawab ketarunaan Agribisnis Perikanan. Semua
dicapai dengan cara melibatkan kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga dan
masyarakat/Du-Di
Tujuan penerapan
budaya kerja di SMK :
- Siswa SMK memiliki budaya kerja sesuai tuntutan IDUKA
- Siswa memiliki kemampuan beradaptasi terhadap situasi kerja di IDUKA
Komitmen
kerja :
- Penerapan ketepatan waktu
- Penerapan 5R (Resik,Rawat, Rapi, Ringkas dan Rajin)
- Penerapan Sistem Kerja dan aturannya
Simulasi
Kerja : Peran guru
dan peserta didik dalam melakukan kegiatan/bekerja sesuai SOP (Standar operasional
prosedur)
Pemaknaan
Kerja
- Pelaksanaan Quality Control oleh Guru
- Perbaikan oleh peserta didik
Pembiasaan
Bekerja
- Pembiasaan 5R (siswa terbiasa melakukan 5R)
- Pembiasaan Quality Control (Siswa terbiasa mengontrol
kualitas kerja)
- Pembiasaan Ketepatan waktu (siswa terbiasa
menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai target kerja)
- Pembiasan penerapaan sistem kerja dan aturan kerja
Refleksi
- Menampilkan hasil kerja (siswa mengevaluasi diri
terhadap hasil pekerjaan)
- Menampilkan perilaku dan cara kerja peserta didik
(siswa mengevaluasi prilaku dan cara kerja)
Implementasi Budaya
Kerja di SMK
- Pemasangan
Rambu Lingkungan SMK dan pengecatan marka jalan
- Pembuatan
dan pemasangan tata tertib dan rambu workshop/bengkel di masing-masing
kompetensi keahlian
- Melengkapi
fasilitas alat pelindung diri (APD) dan Masker
- Pemasangan
bel jadwal pelajaran dan pemberitahuan
- Penyusunan
program kesamaptaan jasmani dan mental
- Pembentukan
perilaku moral yang berAKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Aktif dan Kreatif), jujur dan Disiplin
- LDK
- Karakter
Kerja Siswa dengan pembiasaan 5R, mengontrol kualitas kerja dan pembiasaan ketepatan waktu
- MPLS,
Pembinaan Fisik Mental, Diklat 5P, Latihan Khusus, Kegiatan Rutin upacara
bendera maupun hari besar nasional, Mentoring keagamaan, tes minat dan bakat
dan kegiatan lain yang diselenggarakan OSIS, MPK dan etrakulikuler.
- Kegiatan kompetensi keahlian. Misalnya Agribisnis Perikanan yakni : usaha pembenihan ikan, usaha pendederan ikan, usaha pembesaran ikan, pengolahan hasil perikanan, usaha penjualan/promosi/pemasaran hasil perikanan dll
Demikianlah informasi tentang mengembangkan SDM unggul
melalui Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja (P5BK). Guru
dan sekolah memiliki peran penting untuk menciptakan pelajar pancasila dengan
inovasi yang kreatif. Pelaksanaan
konkret di sekolah dan kelas dapat dirumuskan, melakukan pembiasaan dalam
proses belajar mengajar seperti berdoa sebelum mulai pembelajaran, mengucapkan
salam, mengingatkan siswa untuk selalu menjalankan syariat agama masing-masing dan
selalu berperilaku baik. (dirangkum dari
beberapa sumber online)