Budilaksono.com...Salam
Inspiratif, Kepada bapak ibu dan saudara guru setanah Air Indonesia bahwa salah
satu tantangan terbesar yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah produktivitas
sumber daya manusia (SDM). Bangsa yang unggul dilihat dari tingginya tingkat
produktivitas SDMnya.
Merujuk
pada data yang diterbitkan oleh Asian Productivity Organization (APO) dalam APO
Productivity Data Book 2020 seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini,
diketahui bahwa posisi produktivitas per pekerja Indonesia masih tertinggal
jauh dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Bahkan lebih buruk lagi bahwa
produktivitas per pekerja Indonesia berada di bawah rata-rata tingkat
produktivitas tenaga kerja 6 negara ASEAN terbesar. (Sumber: Figure 28. Per
Worker Labor Productivity level. APO Productivity Database 2020)
Solusi
bagi permasalahan produktivitas tenaga pekerja Indonesia hanya satu yakni
meningkatkan keunggulan kapasitas SDM sehingga mampu berkompetisi secara global
segera ditingkatkan dengan segala cara. Pengembangan kapasitas SDM unggul harus
dimulai dari lingkungan pembelajar pendidikan vokasi yang mencetak tenaga kerja
yang langsung terjun ke dunia kerja.
Pendidikan
vokasi merupakan subsistem pendidikan yang berbasiskan keterampilan dan
kebiasaan-kebiasaan yang mengarah langsung pada dunia usaha, dinia industri dan
dunia. Para pembelajar sebagai makhluk biologis dan fisik tidak terlepas dari
konsep “Siapa yang kuat maka dialah yang menang”.
Konsep
ini menuntut adanya sebuah kemajuan dan inovasi dalam produktivitas. Pembelajar
semaksimal mungkin memaksimalkan potensi manusia untuk mencapai target-target
dan mendapatkan hasil yang diinginkan dari sebuah tindakan.
Sayangnya pembelajar saat ini berada pada zaman yang
penuh gangguan. Pembunuh utama produktivitas berada pada zaman ini yaitu
diantaranya gangguan dari Media Sosial. YouTube masih menjadi media sosial
terpopuler di Tanah Air. Angka pengguna YouTube mencapai 94% dengan rentang
usia berada di kisaran 16 hingga 64 tahun. Angka tersebut
dikutip Beritasatu.com berdasarkan survei yang dilakukan GWI pada triwulan
ketiga 2020.
Berdasarkan
studi yang dilakukan oleh Microsoft, diketahui bahwa penggunaan media sosial
seperti Youtube, Facebook, Twitter, Instagram dan Tiktok menganggu konsentrasi
dan dibutuhkan rata-rata 23 menit bagi pengguna untuk kembali fokus kepada
tugas. Gangguan ini dapat berlangsung dari beberapa menit hingga kurang dari
satu jam pada awal-awal melakukan aktivitas.
Pada
masa pandemi COVID-19 ini, media sosial sebagai penganggu produktivitas
berkembang menjadi sangat besar dan paling dominan seiring dengan penggunaan
media online dalam pembelajaran jarak jauh. Akibatnya
muncul rasa malas yang sangat susah untuk dilawan dan juga sulitnya
berkonsentrasi ketika belajar, terlebih ketika para pengajar lebih sering
memberikan banyak tugas yang malah akan membuat para pembelajar semakin bosan
dan stress ketika belajar.
Kondisi ini telah berlangsung lebih dari satu tahun
di Indonesia. Akibatnya kondisi ini banyak mendorong para pembelajar sibuk
sendiri di "dunia layar" (Screen Word) pada smartphonenya dengan
kapasitas jelajahannya jauh dan lebih tak terbatas dibanding "dunia
ruang" (Space world).
Produktivitas
sebagai output dari suatu input. Produktivitas adalah sebuah proses tentang membuat
pilihan yang cerdas secara terus-menerus dengan fokus, energi, dan waktu untuk
memaksimalkan potensi anda serta meraih hasil yang bermanfaat.
Maka
seorang pembelajar yang produktif harus memiliki tiga unsur sekaligus dalam
mengelola dirinya untuk tujuan yang bermanfaat yakni fokus, energi, dan waktu.
Jika seorang pembelajar hanya memiliki fokus dan waktu, tetapi kekurangan
energi, maka pembelajar tersebut akan merasa sangat lelah dan lesu untuk
menangani tugas-tuganya.
Kemudian,
jika seorang pembelajar hanya memiliki banyak energi dan waktu tetapi kurang
fokus, konsentrasi pembelajar akan terus-menerus terganggu, melompat dari satu
tugas ke tugas lain, sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas yang sedang
dihadapi.Selanjutkan, jika seorang pembelajar hanya memiliki energi dan fokus,
tetapi tidak mempunyai waktu maka pembelajar tersebut juga tidak bisa
produktif.
Oleh
karena itu, seorang pembelajar produktif harus memiliki hasil dari ketiga unsur
tersebut. Seorang pembelajar yang produktif harus memiliki kemampuan untuk
meningkatkan ketiga faktor mencapai tujuan yang bermanfaat dengan mengatur
fokus, energi, dan waktu.
Demikianlah
tiga kiat sukses pendidikan menjadi produktif dimasa pandemi Covid-19. Tidaklah mudah
untuk menjadi seorang pembelajar yang produktif di tengah masa pandemi
COVID-19, butuh waktu dan kerja keras untuk menjadi produktif. Seorang
pembelajar harus selalu membuat pilihan cerdas setiap harinya, hingga
kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat tertanam dan sikap produktif menjadi gaya
hidup. Menyimpulkan yang dikembangkan oleh Dr. Arie Wibowo Khurniawan, S.Si,
M.Ak. Semoga bermanfaat.