Budilaksono.com...Salam
Inspiratif, Kepada bapak ibu bahwa pemerintah berhasil mengidentifikasi virus
avian influenza (AI) / flu burung dengan patogenisitas rendah H9N2 dari
beberapa daerah, yang menyebabkan produksi telur menurun.
Dimana
vaksin untuk mencegah Virus LPAI H9N2 masih dalam proses produksi, peternak
diminta perketat biosecurity.
Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita melalui keterangan
tertulis pada Jumat siang (29/2) menyatakan virus flu burung H9N2 terdeteksi
pada awal tahun 2017 melalui surveilans yang dilakukan oleh Balai Veteriner
Kementerian Pertanian di Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta.
Serangan
virus ini dia sebut telah menyebabkan turunnya pasokan telur pada akhir tahun
ini.
Ketut
menjelaskan, virus H9N2 merupakan jenis virus flu burung yang bersifat Low
Patogenic Avian Influenza/ LPAI, meskipun tidak mematikan akan tetapi dapat
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh unggas dan kerusakan pada beberapa organ.
“Karena
dapat murunkan kekebalan tubuh unggas maka ketika infeksinya bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya
seperti Newcastle Disease (ND) atau lebih dikenal dengan Tetelo, Infectious
Bronchitis (IB) dan Egg Drop Syndrome (EDS) maka dapat mengakibatkan turunnya
produksi telur,” ungkap Ketut.
Menyiapkan Vaksin
Ketut
mengatakan, untuk menekan kasus AI H9N2, pemerintah telah mengupayakan produksi
vaksin. Namun proses produksi vaksin H9N2 memerlukan waktu, terutama untuk
proses isolasi dan purifikasi virus.
Dia
menyatakan produksi vaksin sudah sampai tahap pengujian mutu dan keamanan di
Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya dan akan dilanjutkan di Balai Besar
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH). Menurutnya, hal tersebut
perlu dilakukan karena Pemerintah harus memastikan vaksin yang akan diproduksi
aman dan berkualitas.
Biosekuriti
Menurut
Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Fadjar Sumping Tjatur Rasa menegaskan,
vaksinasi bukan satu-satunya cara mengendalikan infeksi H9N2. Menurutnya,
penerapan tindakan biosekuriti yang ketat,
perbaikan mutu pakan, pemberian vitamin dan immunostimulan dapat
mencegah dan mengendalikan virus H9N2.
“Ditjen
PKH Kementerian Pertanian melalui sistem IVM online (Influenza Virus
Monitoring) telah membangun sistem pengawasan penyebaran virus flu burung,
sehingga dapat dilakukan analisa melalui identifikasi, karakterisasi dan
sequenzing DNA. “Saat ini, sistem IVM
online ini merupakan teknik monitoring penyakit flu burung yang terbaik dan
terdepan di kawasan Asia," ungkapnya.
Menurutnya,
perdagangan antar negara saat ini menuntut adanya informasi tentang sistem dan
status kesehatan hewan, bagaimana hewan
dipelihara, diangkut dan disembelih, sehingga penerapan kesejahteraan hewan
(animal welfare) dituntut untuk melekat pada informasi produk hewan yang
dijual.
“Tanpa
dukungan masyarakat, sulit rasanya mencapai kemajuan dalam memberlakuan
prinsip–prinsip kesejahteraan hewan untuk meningkatkan daya saing produk hewan
di Indonesia," ungkapnya.
Fadjar
Sumping menyampaikan, saat ini pemerintah juga terus mendorong peternak unggas
lokal untuk dapat berdaya saing dengan meningkatkan manajemen pemeliharaan
melalui penerapan Good Animal Husbandry Practices (GAHP) dan juga menerapkan
sistem kompartemen bebas penyakit AI.
“Sampai
saat ini Pemerintah telah menetapkan 109 kompartemen dan yang masih berlaku
sebanyak 54 kompartemen bebas AI (flu burung)," ungkap Fadjar Sumping.
“Dari 54 kompartemen tersebut terdapat 2 farm/kompartemen bebas AI untuk unggas
lokal dan saat ini sudah siap ekspor antara lain ke Malaysia setelah dilakukan
audit”, tambahnya.
Demikianlah
informasi waspada adanya Virus LPAI H9N2 yang menyerang unggas sehinga produksi
terus akan menurun. Virus ini tidak mematikan tetapi akan menyebabkan kekebatan
tubuh unggas menurun. Dan Vaksin untuk mencegahnya masih dalam produksi. Semoga
Pada tahun 2018 ini vaksin sudah diproduksi massal dan sampai ditangan para
peternak unggas. Semoga info bermanfaat. (Sumber : Trobos.com/29/12/2017)