Budillaksono.com...Salam
Inspiratif, Kepada bapak ibu bahwa
bahyak guru didaerah perbatasan atau daerah SM3T menentang kehadiran GGD karena
menggerus jam mereka. Begitu juga yang dilakukan oleh Mahasiswa Kabupaten
Sintang menolak kehadiran Guru Garis Depan (GGD) yang bertugas di wilayah
Sintang, Kalimantan Barat.
Mereka
menilai program Guru Garis Depan tidak berperikemanusiaan.
Perwakilan
aksi mahasiswa Sintang, Endi Dakosta di Sintang, Kamis, 12 Oktober 2017,
seperti dilansir Kantor Berita Antara mengatakan kami meminta para GGD yang
bertugas, pulang ke tempat asalnya, tidak boleh bertugas di daerah kami. Cabut
peraturan menteri tentang program GGD, karena tidak melibatkan putra putri
daerah.
Menurut
Endi, syarat penerimaan GGD mengakibatkan banyak sarjana daerah tidak bisa ikut
rekrutmen GGD. Syarat rekrutmen GGD yang di antaranya mengikuti program
pendidikan profesi guru, akreditasi kampus minimal B telah menjegal para
sarjana asli daerah tersebut untuk mendapatkan kesempatan mengikuti GGD.
"Kalau
begini kami jadi penonton. Kami akan demo di 10 kabupaten, di provinsi dan kami
akan menggebrak meja menteri," ujarnya.
Masyarakat
Peduli Perbatasan, Andreas Nikodemus mengatakan di daerah tersebut ada guru
yang sudah mengabdi 12 tahun di perbatasan honorer dengan gaji Rp 400 ribu.
Namun kemudian dihadirkan Guru Garis Depan sebanyak tiga orang, yang
masing-masing gajinya Rp 8 juta.
Karena
itulah, dikatakan Andreas, program itu tak berperikemanusiaan dan tidak
beradab.
"Kalau
kampus daerah tidak layak, jangan diberi izin operasional agar anak anak daerah
tidak sekolah di sini. Dimana letak keadilan pemerintah pusat dengan program
itu," ujar Andreas.
Sementara
itu, Pemuda Katolik Kabupaten Sintang, Marsianus mengatakan para guru honorer
dan para sarjana pendidikan di Sintang tidak memiliki kesempatan mengikuti tes
proses rekrutmen GGD. Sebab syarat yang ditentukan pemerintah pusat harus
mengikuti PPG dan SM3T program tersebut, dan hanya ada 1 universitas yang
menyelenggarakan yaitu FKIP Untan.
Artinya,
menurut dia, lulusan sarjana pendidikan di kabupaten Sintang akan jadi
pengangguran intelektual. Ini akan menjadi masalah sosial dikemudian hari. "Kami
tidak mau menjadi penonton, padahal bicara kualitas belum tentu kami lebih
buruk dari mereka yang lulus pada program GGD," kata Marsianus. (Sumber :
Pikiranrakyat).
Semoga
beberapa penolakan dari daerah terhadap
kedatangan GGD segera direspon oleh pemerintah agar tidak terjadi kesenjangan
pendidik. Semoga info bermanfaat.