Budilaksono.com....Salam
Inspiratif, Kepada bapak ibu bahwa permintaan akan ikan hias menunjukkan
peningkatan signifikan setiap tahunnya. Bahkan bisnis ikan hias mampu
mengeneralisasi pendapatan rumah tangga tertinggi dibanding bidang perikanan
atau pertanian lainnya.
Warna
adalah salah satu aspek penting ikan hias, namun sayang penilaian warna masih
bersifat subjektif dan sulit dikuantifikasi. Diskusi Ikan hias kali ini
membahas cara menakar warna. Dalam diskusi Saudara Ruby Vidia Kusumah, peneliti
Balai Riset Budidaya Ikan Hias membagikan ilmunya.
Menurut
Ruby menjelaskan dalam pembukaan diskusi tersebut yakni setiap jenis ikan, saat
kecilnya merupakan ikan hias. Pria yang pernah terlibat dalam kerjasama
penelitian antara IRD Perancis dan KKP Indonesia untuk ikan coelacanth, ikan
hias clown loach, ikan buta dari perairan gua karst, dan ikan hias rainbow
Papua ini juga mengungkapkan bahwa tingginya animo masyarakat tak lepas dari
manfaat ikan hias itu sendiri, mulai dari aspek ekonomi, kesehatan, psikologi,
dan konservasi. Bahkan ilmu pengetahuan-pun, saat ini lebih memilih ikan hias
Zebra (Danio rerio) sebagai pengganti tikus percobaan untuk mempelajari
penyakit pada manusia.
“Dengan
karakter pasar yang selalu menuntut variasi, jenis baru ikan hias budidaya
dapat diperoleh dari hasil domestikasi ikan alam dan ikan introduksi, rekayasa
genetika, serta pemuliaan,” sambung Ruby.
Pada
kegiatan pemuliaan, variasi ikan hias diantaranya dapat diperoleh melalui
pengembangan terhadap karakter warna. Namun warna ini sangat bergantung
terhadap gen, tidak spesifik, dan saling terkait dengan gen lain. Kondisi ini
berimbas pada hasil “pewarnaan” ikan hias yang bersifat acak dan mengandalkan
faktor keberuntungan. “Semakin unik warna ikan tersebut, baik bentuk, jenis,
kombinasi, ataupun pola warna, maka semakin tinggi pula harganya,” ujar Ruby.
Pada
pemuliaan, pengukuran warna diperlukan untuk mengetahui status awal kondisi
warna ikan hias yang akan dimuliabiakan agar dapat ditingkatkan kualitasnya ke
level yang lebih tinggi atau pembentukan strain-strain warna baru. “Pada tahap
selanjutnya, pengukuran warna ini digunakan untuk evaluasi tingkat keberhasilan
setiap tahap pemuliaan” jelas Ruby.
Saat
ini, upaya yang tengah dilakukan peneliti yang telah bekerja di KKP sejak tahun
2009 ini adalah mencoba untuk “meng-angka-kan” warna. Sehingga harapannya ikan
hias akan memiliki standar baku penyebutan karakter warna “cerah”, “kereng”,
“soft” atau “unik”.
Ada
beberapa jenis model warna, diantaranya RGB, CMYK, dan HSB. Pada tahap awal ini
model HSB (Hue, Saturation, and Brightness) digunakan untuk mengkarakterisasi
warna, karena lebih merujuk pada konsep penglihatan mata manusia.
Pengukuran
warna dimulai dengan mengambil foto ikan hias yang menjadi target penelitian.
Selanjutnya, warna ikan pada foto tersebut dianalisis dengan software ImageJ
dan Photoshop untuk memperoleh nilai digital HSB dari jenis warna yang ditakar.
Termasuk didalamnya juga penilaian terhadap pola, tutupan, hingga kombinasi
warna. Sehingga ke depan kualitas warna ikan yang bagus, secara detil mungkin
dapat disebut dengan “ikan badut (Clown fish) yang punya Hue 26; Saturation 68;
Brightness 66; dengan luas tutupan oranye 83%”.
“Penelitian
ini masih membutuhkan perbaikan,” jelas Ruby. Perlunya standar pengambilan foto
menjadi salah satu isu dan dapat diatasi dengan “color box” untuk standar
pencahayaannya. Belum lagi pada pengaturan diafragma dan shutter speed kamera.
Color gamut juga menjadi masalah lain, yakni kondisi yang menjelaskan seberapa
baik warna objek ditampikan di layar monitor, baik itu layar pada kamera maupun
di komputer.
“Perlu
alat ukur color gamut untuk mampu mengkoreksi bias atau menggunakan monitor
yang telah terkoreksi gamut” ujar Bagus Hendrajana yang merupakan pemerhati
desain grafis pada Pusat Riset Perikanan.
Kelemahan-kelemahan
tersebut tentu tidak seharusnya menjadi penghambat kreativitas kita. Kolaborasi
konstruktif ditawarkan oleh Ruby agar mampu memperbaiki kekurangan yang ada.
Sehingga diperoleh metode baku karakterisasi warna pada ikan hias yang mampu meminimalkan
bias. Kolaborasi akan menambah “warna” pada aktifitas kamu tentunya. Mari
berkolaborasi dan berbagi! (Andhika P. Prasetyo dalam kkp.go.id). Semoga dengan
pemanfaatan multimedia ini akan mepermudah para peternak budidaya ikan hias
dalam membentuk karakter warna ikan hias. Semoga info bermanfaat.