Budilaksono.com....Salam
Inspiratif, Kepada bapak ibu petani Udang dan kekerangan bahwa Balai Produksi
Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem-Bali sebagai satu satunya
broodstock center udang vaname nasional dituntut untuk terus perbaiki kualitas
induk udang vaname nusantara, guna menjamin performa benih dan tidak kalah
bersaing dengan induk hasil importasi.
Demikianlah penjelasan dari Direktur Jenderal Perikanan
Budidaya, Slamet Soebjakto saat meninjau langsung instalasi broodstock center
udang vaname di Bugbug Karangasem Bali, Senin (6/6).
Menurut
Slamet menekankan pentingnya perbaikan breeding program sesuai protokol yang
ada, guna menjamin kualitas induk dan benih yang memiliki respon yang baik.
Maka induk dan benih yang dihasilkan berkualitas, indikasinya yaitu dengan
melihat tren permintaan di tingkat pengguna.
“Jika
tren permintaan induk maupun benih meningkat di tingkat pengguna, artinya
kualitas induk dan benih yang kita hasilkan sudah baik,” kata Slamet.
Slamet
menilai broodstock center BPIU2K sudah mengalami banyak kemajuan jika dibanding
beberapa tahun ke belakang.
“Kalau
dengan performa terkait pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, dan sifat
adaptif dengan lingkungan saat ini vaname nusantara sudah bisa dikatakan
sejajar dengan produk dari induk impor. Tinggal tingkat keseragaman yang akan
terus kita tingkatkan hingga mencapai 100 persen dengan memperketat proses
seleksi benih calon induk,” jelas Slamet.
Performa
Induk hasil breeding program membaik
Kepala
BPIU2K Karangasem, Gemi Triastutik dalam keterangannya membenarkan bahwa saat
ini performa induk dan benih yang dihasilkan menunjukkan tren yang lebih baik
dan mendapat respon positif dari para pembudidaya pengguna. “Kami bisa jamin
bahwa Induk dan benih yang keluar telah bebas virus,” tegasnya.
Dalam
rangka pemuliaan induk, saat ini BPIU2K Karangasem memiliki 42.578 calon induk,
yaitu calon induk udang vaname sebanyak 12.578 ekor, dan calon induk vaname
nusantara generasi ke-5 (VN-G5) sebanyak 30.000 ekor.
Sedangkan
jumlah Induk sekitar 875 ekor induk, masing-masing untuk induk vaname (dari 4
sumber genetik) sebagai bahan pemuliaan induk galur murni tumbuh cepat sebanyak
400 ekor; induk vaname hasil impor dari Konabay sebagai sumberdaya genetik
untuk seleksi individu dan famili sebanyak 225 ekor; dan induk vaname nusantara
(VN-G5) sebagai sumberdaya genetik hasil seleksi family sebanyak 250 ekor.
Melalui
perbaikan breeding program, saat ini performa induk hasil pemuliaan yang
dihasilkan khususnya vaname nusantara (VN-G5) telah membaik. “Jika awalnya survival rate (SR) benih hanya
dapa kisaran 3-5 persen, kini telah mencapai kisaran 30-50 persen.
Di
samping itu respon di tingkat pengguna
juga cukup baik. Ini terbukti dengan distribusi permintaan baik induk maupun
benih yang semakin luas ke berbagai daerah. Jika dibanding tahun-tahun
sebelumnya permintaan naik 30-50 persen,” ungkap Gemi.
Ditambahkan
Gemi, Tahun 2017 setidaknya sebanyak 9,5 juta ekor produksi benih telah
terdistribusi untuk mensuplai kebutuhan benih antara lain di Propinsi Bali,
Kab. Bangkalan, Kab. Sumbawa, Kota Kendari, Papua, Makassar, Takalar bahkan ada
permintaan ekspor ke Timor Leste.
Sementara
jumlah induk yang terdistribusi sebanyak 41.468 ekor untuk memenuhi permintaan
panti benih yang tersebar di Situbondo, Probolinggo, Tuban, Cilacap, Jepara,
Makassar, Gorontalo, dan Lampung.
KKP
melalui Ditjen Perikanan Budidaya akan mulai mewajibkan penggunaan induk hasil
breeding program ke seluruh panti benih. Ke depan, dijelaskan Slamet, tidak
boleh ada lagi penggunaan induk yang berasal dari pembesaran di tambak, karena
itu bersifat in-breeding menyebabkan performa turun, disisi lain akan memicu
penyebaran penyakit.
“Pembenih
dan pembudidaya harus mulai jeli dalam menggunakan sumber induk dan benih ini.
Ke depan kita akan awasi dan keluarkan aturan untuk cegah penggunaan induk yang
bukan dari hasil breeding program serta penggunaan benihnya. Ini penting,
karena menjadi problem utama kegagalan budidaya udang saat ini,” tegas Slamet.Semoga
info bermanfaat.
“Untuk
menstimulan pemahaman mereka, tahap awal kita akan memberikan bantuan berupa
induk hasil breeding program ke panti-panti benih masyarakat tetapi dengan
persyaratan mereka harus konsistem menerapkan SOP dengan baik misalnya terkait
ketepatan maturasi induk, penerapan biosecurity yang ketat, penggunaan pakan
dan obat-obatan,” tambah Slamet.
Slamet
juga menekankan pentingnya pengelolaan sistem logistik benih untuk jamin
ketelusuran dan memastikan produksi budidaya berjalan secara berkelanjutan.
Menurutnya, penting untuk mulai menata sisitem ini, artinya broodstock center
harus juga terkoneksi dengan naupli center yang kemudiaan bisa suplai kebutuhan
benih bagi hatchery/panti benih yang ada di sentral-sentral budidaya.
Sebelumnya
KKP telah membangun naupli center udang vaname berkapasitas minimal 450 juta
ekor per tahun di Jepara dan diharapkan sebagai awal untuk memicu tumbuhnya
naupli center sejenis di berbagai daerah. (Humas DJPB)