Budilaksono.com....Salam
Inspiratif, kepada bapak ibu guru dan tenaga kependidikan semoga diberikan
kemudahan beraktivitas. Pengalihan pengelolaan SMA/SMK sederajat memberatkan
orang tua siswa. Itulah salah satu
permasalahan pengalihan dari pemkab/pemko ke pemerintah provinsi.
Pada
tahun 2019 Pemerintahan Provinsi berkerjasama dengan Pemda/Pemkot menerapkan Program
Sekolah Gratis (PSG) dengan sistem urunan terancam tak lagi diterapkan. Tahun
2016 misalnya, PSG dianggarkan Rp 125 Miliar.
Pada
tahun 2017 dianggarkan Rp 311 Miliar. Murni dana yang dianggarkan dari APBD
Provinsi. Bukan dana sharing Provinsi dan kabupaten/kota.
Kalkulasi
pemerintah provinsi, anggaran 2017 itu tak akan mencukupi untuk menggratiskan
seluruh pelajar yang bersekolah di 832 SMA/SMK se-Sumsel. Belum lagi, di
dalamnya sudah termasuk anggaran gaji guru.
Kondisi
ini membuat kekhawatiran sejumlah wali murid. Sebab, hingga sekarang pemprov
belum memberi kejelasan apakah SMA/SMK nanti tetap digratiskan atau tidak. Terpenting pemerintah tetap terapkan PSG dan kami
harapkan sekolah gratis jangan sampai di-stop. Begitulah yang disampaikan oleh orang
tua salah seorang siswa SMAN 1 Muara Enim, kemarin.
Lanjutnya,
saat ini tidak ada pembayaran SPP dan pungutan iuran apapun di sekolah anaknya.
Kalau ada, tidak dipaksakan dan sudah berdasarkan kesepakatan wali siswa dan
sekolah. PSG sangat membantu. Dengan PSG, orang tua hanya beli sepatu dan
seragam siswa di koperasi sekolah. Dan bila mau ujian sekolah misalnya ada tryout atau jam
tambahan juga tidak ada biaya
Kepala
Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel, Drs Widodo Mpd mengkaji ada perubahan dalam
program sekolah gratis pasca pengambil alihan SMA/SMK. "Siswa yang mampu
nanti bayar. Sedang yang tidak mampu gratis. Jadi ada semacam sistem subsidi.
Ini lagi tahap pengusulan dengan gubernur."
Disdik
menambahkan sekolah wajib menerima siswa tidak mampu dengan kuota sesuai
ketetapan. Kondisi sekarang, tidak mungkin lagi juga pemerintah menanggung
seluruhnya. Untuk menjamin itu, akan ada semacam kartu khusus bagi pelajar
tidak mampu. "Tetapi memang kondisinya, kemungkinan bakal ramai-ramai
mengaku tidak mampu. Nah, perlu dicari cara memisahkan itu," tuturnya.(Sumber
:Jawapos)
Demikianlah
informasi tentang imbas pengalihan SMK/SMA sederajat beratkan wali murid.
Semoga info bermanfaat.