Budilaksono.com....Salam
Inspiratif, Kepada bapak ibu guru dan tenaga kependidikan, dihari yang fitri
ini saya sebagai pengelola website budilaksono.com mengucapkan Minal aidin Wal
faizin mohon maaf lahir dan batin. Semarak kemenangan di lebaran tahun 2016
tidak lebas dari saling berkunjung kesanak saudara dan tidak lepas dari budaya
ketupat. Kalau di orang jawa ada dua Bodo yakni Bodo besar (lebaran idul fitri)
dan bodo kecil (lebaran yang menyajikan khusus ketupat). Lebaran ketupat di
laksanakan setelah seminggu lebaran sesungguhnya.
Pada
lebaran Idul Fitri tak lepas dari ketupat, makanan dari beras yang dibungkus
daun kelapa (janur) dan direbus. Makanan pengganti nasi ini selalu dipasangkan
dengan sayur lauk pauk yang khas pula, dan seluruh anggota keluarga maupun tamu
dapat menyantap kudapan ini.
Selain
praktis, ketupat juga tahan lama, sehingga bisa disediakan dalam jumlah banyak,
tanpa harus takut basi. Kalau di kampung, biasanya setiap keluarga membuat
ketupat sendiri-sendiri. Tetapi di perkotaan sudah jarang yang membuat sendiri.
Tapi
jangan khawatir, karena di pasar-pasar banyak pedagang yang sudah menyediakan
bungkusnya, maupun ketupat yang siap saji. Ada juga yang menerima pesanan.
Kehadiran ketupat yang sudah begitu lekat dengan masyarakat Indonesia, tak lepas dari sejarah penyebaran
Islam di tanah air, khususnya di Pulau Jawa. Adalah Sunan Kalijaga yang pertama
kali memperkenalkan ketupat pada masyarakat Jawa.
Sunan
Kalijaga membudayakan 2 kali lebaran (BAKDA), yaitu Bakda Lebaran dan Bakda
Kupat, yang dimulai seminggu sesudah Lebaran. Ketupat, dalam filosofi Jawa memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT
(Bahasa Jawa) merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku Lepat
artinya mengakui kesalahan. Adapun Laku Papat artinya empat tindakan.
Tradisi
sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang
Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah
hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Kenapa harus dikatakan ketupat dan bungkusnya harus janur? Janur, diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur " (telah datang cahaya). Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki. Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur).
Orang jawa tradisi ketupat disebut lepet yang artinya silep kang rapet. 'Monggo dipun silep ingkang rapet', mari kita kubur/tutup yang rapat. Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet. SELAMAT IDUL FITRI 1437 H.
Adapun
Laku Papat terdiri dari Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan.
Lebaran
berarti sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Sedangkan Luberan dari
kata Meluber atau melimpah, yaitu ajakan bersedekah untuk kaum miskin. Hal ini
diimplementasikan dalam bentuk
pengeluaran zakat fitrah.
Leburan,
maknanya sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur
habis, karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Adapun
Laburan, berasal dari kata labur. Melanie adalah memberi warna putih dengan
menggunakan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih
dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
Demikianlah
informasi tentang lebaran yang tidak lepas dengan budaya ketupat. Semoga pada
lebaran ini kita disatukan dengan silahturomi
saling bermaafan. Sekarang masih suasana idul fitri maka mari kita berkunjung ke saudara kita dan
keluarga kita agar silahturomi tetap terjaga. Semoga informasi ini bermanfaat