Budilaksono.com....Salam
Inspiratif, Kepada bapak ibu guru dan tenaga kependidikan, pada hari Senin
tanggal 2 Mei 2016 adalah Hari Pendidikan Nasional, kita lihat disekitar kita masih
banyak guru honorer/PNS yang sering sudah mengikuti pelatihan tetapi kualitas dalam pembelajaran masih rendah. Selain itu juga kesejahteraan para guru honorer juga sangat minim.
Menurut
pengamat pendidikan Indra Charismiadji, ada yang salah dengan pelaksanaan
pendidikan di Indonesia. Banyak kalangan salah menafsirkan tentang cara
memuliakan guru. Banyak yang salah paham dengan memuliakan guru. Yang terjadi
justru guru dijadikan kaum dhuafa, yang nasibnya harus selalu dikasihani dan
dihujani dengan uang.
Bila
cara ini tidak diubah, lanjut Indra, kualitas pendidikan di Indonesia tidak
akan beranjak baik. Sebab melihat guru tidak dari kacamata kualitasnya tapi
pada kesejahteraan. Kita melihat kualitas guru di Indonesia rata-rata masih di bawah. Kalau ingin
memuliakan guru, harusnya meningkatkan kompetensi mereka dan bukan semata pada
peningkatan gaji saja.
Janganlah guru yang bersertifikasi (gaji tinggi) mempunyai kualitasnya rendah, ini akan mempengaruhi hasil SDM masa depan. Kerena banyak kemampuan guru yang bersetifikasi dibawah kemampuan guru yang belum bersertifikasi. Selain itu banyak guru lulusan non kependidikan yang lebih bagus kualitas daripada guru lulusan pendidikan
Metode
pelatihan guru pun disorot Indra. Dari penilaiannya, pelatihan guru hanya jadi
proyek semata. Guru mau ikut pelatihan kalau ada transportnya. Padahal
pelatihan itu penting untuk peningkatan kualitas guru agar tunjangan yang
diterima bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat umumnya, orang tua siswa
khususnya. (Sumber : jawapos)
Demikian
informasi dari Indra Charismiadji yang mengatakan pendidikan di Indonesia tidak
akan beranjak baik bila pemerintah hanya meningkatkan kesejahteraan guru tampa
melihat kualitasnya. Karena sekarang ini para guru berlomba-lomba mengikuti
pelatihan-pelatihan baik secara online maupun tidak bukan untuk mendapatkan
ilmu dari pelatihan tersebut untuk diterapkan kesekolah tetapi hanya seremonial
saja yang penting dapat transportnya dari pelatihan tersebut. Inilah yang
kenyataan yang terjadi dilingkungan para guru.
Kita
lihat di sekolah bila guru diundang pelatihan di tingkat
Kabupaten/Propinsi/Nasional, setiap pulang dari pelatihan banyak tidak
merangkum hasil pelatihan untuk diberikan ke sekolah apalagi menerapkan ilmu
yang didapat dari pelatihan. Prosentasi dilapangan sangat kecil bila guru mau
menerapkan hasil dari pelatihan yang didapat.
Apakah
ini kesalahan dalam pelatihan? Atau kegiatan yang diberikan dalam pelatihan
hanya waktu singkat tidak sesuai waktu dalam sertifikat yang diterbitkan dari
pelatihan atau peserta hanya diberikan photocopi
saja tampa dilakukan pembahasan dan test-test secara perseorangan peserta
pelatihan tersebut. Ataupun pelatihan guru ini hanya dilakukan untuk proyek
semata atau memang gurunya yang kurang menganggap penting pelatihan tersebut.
Semoga ini akan menjadikan koreksi kepada penyelengara pelatihan dan guru yang
mengikuti pelatihan.