Budilaksono.com....Salam
Inspiratif, Kepada bapak ibu guru dan tenaga kependidikanm, kabar terbaru bahwa
Negara Indonesia mendapat peringkat yang jauh dari harapan dalam tingkat
kemampuan membaca dan menulis.
Tingkat
kemampuan membaca dan menulis, Ini tidak terlepas dari sistem pembelajaraan yang
diterapkan pengambil kebijakan dalam pendidikan yang diteruskan kepada
sekolah-sekolah. Apalagi info yang beredar mengenai kenaikan kelas bawah siswa
harus naik semua tidak boleh ada ditinggal (Apakah informasi ini benar atau
tidak tetapi ini sudah sampai keseluruh guru disekolah-sekolah dan rata-rata diterapkan). Ini juga akan mendorong mereka lebih malas untuk belajar apalagi datang
keperpustakaan sangat kecil sekali. Daripada membaca diperpustakaan lebih baik
makan dan merumpi di kantin sekolah.
Bila
sistem sekolah masih menggunakan remedial tuntas akan tetap memberikan peluang
kepada siswa untuk bermanja-manja tidak membaca pelajaran tersebut. Karena siswa
menganggap ujian mapel itu sebagai seremonial saja. Kenapa mereka mengatakan
seperti itu, karena bila ujian gagal bisa ikuti remedial, bila remedial gagal nilai
hasil akhir mereka di komversi. Akhirnya kita (siswa) yang tidak mampu
pelajaran tersebut juga hasil nilainya diraport juga bagus/tuntaS
Inilah
yang terjadi disebagian besar sekolah-sekolah. Walaupun mereka tidak mampu
disebagian besar mapel toh akhirnya juga naik dan lulus. Wajar bila banyak
lulusan yang tidak berkompeten.
Sebagaimana
dalam laman Jawapos, Fakta memprihatinkan terungkap dari pemeringkatan literasi
internasional, Most Literate Nations in the World, yang diterbitkan Central
Connecticut State University, Maret
.
Menurut
Anies Baswedan dalam rapat pembahasan RUU tentang Sistem Pembukuan di komisi X
DPR (12/4), Dari 61 Negara yang diteliti mengenai tingkat kemampuan membaca dan
menulis masyarakat Indonesia sangat ketinggalan. Indonesia berada di urutan
ke-60 dari total 61 negara. “Indonesia hanya lebih baik dari Botswana. Ini kan
tidak enak didengar,’’ katanya
Posisi
paling atas diduduki Finlandia, kemudian disusul Norwegia, Islandia, Denmark,
Swedia, dan Swiss. Sementara jika hasil pemeringkatan itu dikupas khusus faktor
keberadaan perpustakaan atau infrastruktur literasi, posisi Indonesia naik di
urutan ke 36.
Indonesia
mengungguli Korea Selatan di urutan 42, Malaysia (44), Jerman (47), Belanda
(53), dan Singapura (59). ’’Ini artinya Indonesia rajin membangun proyek
perpustakaan. Tetapi tidak difungsikan dengan optimal,’’ tutur lulusan UGM
Jogjakarta itu.
Anies
berharap melalui melalui gerakan literasi yang digenjot Kemendikbud, minat dan
daya baca di Indonesia tumbuh subur. Caranya melalui pembiasaan membaca di awal
jam sekolah selama 15 menis. Selain itu juga gerakan literasi yang dilakukan
oleh komunitas-komunitas pendidikan masyarakat.
Dalam
jangka panjang Anies berharap perpustakaan tidak hanya menyebar, tetapi juga
semakin ramai dikunjungi orang-orang candu membaca.
Demikiaanlah
informasi peringkat Indonesia dalam kemampuan membaca dan melulis. Semoga ini
sebagai cambuk bagi kita untuk berpacu ddalam meningkatkan minat baca dan
menulis siswa. Maka pada tahun 2017 peringkat Indonesia akan naik dalam hhal
membaca dan menulis. Semoga bermanfaat.