Budilaksonoputra......Salam
insfiratif. Kepada bapak ibu guru semoga diberikan kemudahan dalam
beraktivitas. Bapak ibu guru juga harus semangat
seperti siswa-siswa ini yang tetap bersekolah walau jaraknya jauh hampir 2 jam perjalanan
kesekolah.
Raut
letih lelah terlihat dari wajah tiga
murid SDN 12 Payo Tanahgaram yang
berasal dari Kayumanang ketika berjalan dari sekolah menuju ke rumah. Tiga anak
kecil itu lalu berhenti sejenak. Mereka mengeluarkan pakaian ganti dari dalam
tasnya dan memasukan seragam merah putihnya ke dalam tas.
Kemudian
mereka melanjutkan perjalanan dengan bersenda-gurau. Tak ada ketakutan di wajah mereka. Meski mereka harus keluar masuk kawasan hutan
belantara. Bagi mereka, rasa takut dan capek itu seakan hilang, saat sudah
melihat sekolah dan teman-teman mereka.
Buruknya
akses jalan mengharuskan putra-putri dari Kabupaten Solok ini menuntut ilmu di
SDN Kota Solok. Padahal, Kayumanang berada di Nagari Salayo yang dikenal salah
satu nagari termaju di Kabupaten Solok.
Namun,
sampai hari ini, akses jalan menuju Kayumanang masih dengan jalan setapak dan
tak bisa dilalui kendaraan roda dua, apalagi kendaraan roda empat. Sehingga, SD
yang berada di Jorong Batupalano tidak dapat ditempuh murid-murid dari
Kayumanang, karena akses jalan menuju Salayo tidak ada.
Para
pelajar itu sudah berangkat dari rumah pukul 05.30 dan sampai ke sekolah pukul
08.00. Mereka harus menempuh perjalanan dengan melewati bukit dan lembah yang
pada kanan- kirinya merupakan kawasan hutan.
Jarak
tempuh dari Kayumanang menuju SDN 12 Payo di Tanahgaram tidaklah jauh. Hanya
saja, kondisi jalan yang menanjak dan menurun curam membuat perjalanan
murid-murid ini lambat. Apalagi, sebelum jalan dicor oleh Pemko Solok, kondisi
jalan setapak bertanah lebih memprihatinkan lagi.
Siswa
kelas IV SDN 12 Tanahgaram, Idul, 11,
menuturkan ia membawa pakaian ganti supaya seragam sekolahnya tak kotor dan
bisa dipakai keesokan harinya.
Kalau
tidak pakai baju ganti, nanti seragam saya kena getah tumbuhan. Karena saya dan
teman-teman jalan kali di semak belukar juga," ucapnya sambil terus
berjalan bersama adiknya Wulan Sundari yang baru duduk kelas I SD.
Menurut
Idul, lonceng pulang di sekolah berbunyi pukul 13.00. Namun, ia dan
adiknya Wulan dan teman-temannya baru
sampai di rumahnya masing-masing paling cepat pukul 15.00 hingga pukul 16.00."Kalau
ada sepeda motor orang ke ladang dan dapat numpang, kami numpang," ucap Idul sambil tersenyum.
Berbagai
pengalaman pernah dilalui bocah-bocah kecil ini, saat berjalan kaki di lereng
bukit. Mulai dari bertemu ular hingga babi hutan. Namun, itu sudah dianggap hal
wajar bagi pelajar ini dan tidak terlalu diambil pusing dan ditakutkan.
Murid
lainnya Afdalul Ikhwah, 9, mengaku tak pernah sarapan pagi sebelum ke sekolah.
Karena, pada pagi buta, ia sudah berangkat ke sekolah. "Kalau makan dulu,
nanti telat sampai di sekolah," ucap murid kelas 2 SD ini.
Hanya
jajanan dan pemberian makanan tambahan di sekolah yang membantu fisik Idul dan
kawan-kawannya tetap kuat berjalan kaki sekitar 4 jam lebih pulang-pergi dari
Kayumanang menuju Sekolah.
Kendati
demikian, Idul mengaku tak mau putus sekolah. Dia bertekad untuk terus
melanjutkan pendidikannya hingga jenjang SMA. "Saya ingin terus Sekolah,
mudah-mudahan nanti ada yang lebih dekat ke Kabupaten Solok. Jadi, kami tak
perlu jauh lagi berjalan kaki," harap Idul.
Harapan
adanya akses jalan menuju Kayumanang itu juga disampaikan Anto, 42, ayah Idul
yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh ladang itu. "Kami ingin pula
anak-anak kami menjadi perhatian Kabupaten Solok agar pendidikan mereka terus
berlanjut, tidak seperti ayah-ibunya yang tak tamat SD ini," katanya.
Kepala
Sekolah (Kepsek) SDN 12 Tanahgaram, Desriyondra menyebutkan, satu tahun
belakangan muridnya dari Kayumanang
jarang libur. Karena jalan yang mereka lalui sudah cukup baik," ucapnya.
Biasanya,
lanjut Desriyondra, saat musim hujan, rata-rata murid dari Kayumanang tidak
sekolah. Alasannya, jalan becek dan susah dilewati. "Kalau cuaca panas,
jalan bagus, anak-anak Kayumanang tidak pernah terlambat datang ke
sekolah," sebutnya.
Lebih
lanjut Kepsek ini memaparkan, mayoritas dari 173 murid SDN 12 Tanahgaram ini
adalah murid kurang mampu. Bisa disebut 80 persen murid di sekolah yang
berprestasi nasional itu berasal dari keluarga miskin. Namun, pihak sekolah
tetap mengupayakan para muridnya itu mendapat Bantuan Siswa Miskin (BSM) dari
Pemerintah.
Kendati
demikian, khusus untuk putra-putri Kayumanang, pihak Sekolah mengaku hanya
dapat memberi bantuan melalui bantuan program yang dianggarkan APBN.
"Kalau bantuan dari APBD, mereka memang tidak dapat karena asalnya dari
Kabupaten bukan Kota Solok," sebut Kepsek yang sudah 5 Tahun menjadi
nahkoda SDN tersebut.
Disamping
itu, sekolah juga memberikan penyediaan makanan tambahan yang dipelopori Pemko
Solok untuk penggenjotan gizi murid. Bagi murid lain yang tidak hadir, lebih
makanan tambahan itu akan diberikan pada murid dari Kayumanang sebagai bekal
makanannya selepas pulang sekolah. "Kadang mereka tak makan berangkat
sekolah, sebab setengah 6 pagi murid Kayumanang sudah harus berangkat dari
rumah ke sekolah," kata Desriyondra (Sumber : Jawa Pos)
Kisah
perjalan putra-putri dari kayumanag yang bersemangat tetap sekolah walau
berjalan kaki untuk pergi kesekolah. Diperjalan mereka kadang mendapat hambatan
atau rintangan yang yang gtidak disengaja muncul yakni ular atau hewan lain.