Budilaksono.....Salam
inspiratif, kepada bapak ibu guru semoga diberikan kemudahan dallam
beraktivitas. Padangan berbeda mengenai tenaga honorer ini datang dari Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
yakni Hamid Muhammad.
Hamid
Muhammad mengaku heran dengan sikap guru honorer yang ngotot diangkat PNS,
padahal kualitasnya rendah. Hal ini, akan membuat pemerintah sulit meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.
"Mutu
pendidikan di Indonesia ini masih keteter. Sekarang ditambah lagi dengan sikap
guru honorer yang ngotot diangkat CPNS. Padahal mereka ini sudah dites dan
tidak lulus," kata Hamid dalam diskusi pendidikan, Rabu (23/9) lalu.
Dia
menambahkan, logiknya para guru honorer ini paham bagaimana dampak anak didik
mereka bila kualitas tenaga pendidiknya rendah. Guru berkualitas bagus, akan
mudah menyesuaikan keadaan ketika pemerintah mengganti kurikulum.
"Ganti
kurikulum apapun kalau guru-gurunya mutu rendah tidak akan bisa meningkatkan
mutu. Beda kalau gurunya bagus, gonta ganti kurikulum pasti bisa,"
tegasnya.
Dia
lagi-lagi menyatakan kekecawaanya terhadap sikap guru honorer yang tidak lulus
tes CPNS namun tetap ngeyel jadi PNS. "Kita sekarang diburu waktu untuk
meningkatkan mutu. Bagaimana bisa mengeja, kalau yang sudah jelas-jelas tidak
lulus maksa saja ingin menjadi PMS. Kita mau meningkatkan mutu atau menampung
tenaga kerja," serunya. (Sumber : Jawa Pos).
Guru
honorer juga akan kaget dengan pernyataan Hamid Muhammad yang mengatakan guru
honorer berkualitas rendah.
Kualitas
baik tidaknya guru itu karena mereka kurang adanya pelatihan terhadap guru tersebut.
Dan sistem pendidikan yang mengantarkan seorang menjadi guru bisa jadi kualitas
pendidikan kurang bagus. Inilah yang menyebabkan banyak guru yang tidak
berkualitas dalam mengajar dan mendidik siswa.
Apapun
yang terjadi sekarang didalam pendidikan yang selalu disalahkan adalah guru. Padahal
banyak faktor lain yang menyebabkan siswa tidak mampu. Bisa jadi siswa tersebut
naik kelas karena nilainya dinaik padahal tidak mampu dipelajaran tersebut.
Apalagi
dengan instruksi dari kemendikbud siswa yang mau sekolah harus dinaikan jangan
sampai tidak tidak naik.
Inilah
yang akan menghasilkan generasi mlempem, siswa yang tidak layak naik harus
dinaikan. Dari sinilah mula muara seseorang
yang menjadi guru dibentuk. Karena kita lihat dilapangan banyak guru honorer
atau pns baru yang hasilnya belum layaknya menyandang guru.
Banyak
guru sekarang tidak bisa membuat perangkat pembelajaran sendiri disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Banyak guru sekarang tidak bisa menentukan kkm mapel
yang diajarkan kepada siswa per KD.
Karena
juga tekanan dari atasan sekolah yang mengatakan bila guru memberi nilai yang
rendah kepada siswa itu yang salah atau tidak mampu gurunya, maka menyebabkan
guru tersebut mencari titik aman biar jadi guru mampu. Akhir memberi nilai
lulus mapel yang diajarkan padahal siswa
tidak bisa menyerap KD atau SK
yang diberikan.
Apakah
guru mau dikatakan tidak bagus? Ini karena sistem pendidikan di Indonesia yang
ada penilaian remedial. Sebenarnya
sistem mengunakan penilaian remedial itu bagus tetapi yang terjadi dilapangan
berbeda yang dinginkan. Banyak siswa sekarang yang diremedial 3x tetap gagal karena
mutu siswa sangat rendah dan inilah yang membuat guru mencari titik aman tidak banyak
memberikan remedial. Akhir nilai tersebut di konversi lulus kkm.
Coba
kalau penilaian dalam pembelajaran tersebut nilai asli atau diremedial yang
benar tidak sebagai syarat remedial tapi lulus. Nilai juga tidak dikonversi.
Nilai yang kurang dari kkm dalam penulisan diraport harus dengan tinta merah
agar orang tua tahu kalau nilai anaknya banyak kurang. Karena dilapangan banyak
orang tua yang mengatakan anak nilainya baik karena tidak ada merahnya.
Bagus
kiranya bila bapak Hamid Muhamad mengajar satu minggu saja disekolah yang masih
banyak guru honorernya di luar Jawa. Kalau bisa sekolah yang pelosok ya pak?. Kalau
bapak bisa merubah karakter siswa, maka
kita tiru berarti guru honorer yang kurang bagus Tetapi bila bapak tidak mampu
mengubah karakter siswa, masihkah bapak mengatakan guru honorer tidak bagus
kualitasnya?