Budilaksonoputra......Selamat siang Bapak Ibu guru, sekarang Negara Indonesia sudah mampu bersaing dalam lomba sains.
Dahulu banyak pihak yang menganggap bahwa penguasaan sains oleh
siswa-siswi Indonesia masih rendah. Namun, pendapat tersebut terbantahkan oleh
prestasi yang diukir siswa-siswi Indonesia di arena olimpiade sains
internasional.
Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Achmad
Jazidie menyampaikan, melalui penyelenggaraan Olimpiade Sains Nasional, para
peserta didik terbaik yang terpilih dipersiapkan untuk mengikuti ajang
olimpiade sains di tingkat internasional. "Ke depan diharapkan
penerapannya dapat bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat,"
katanya saat memberikan laporan pada
acara Pembukaan Olimpiade Sains Nasional 2015 di Jogja Expo Center, Yogyakarta,
Selasa (19/5/2015).
Pada
kesempatan yang sama, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku
Buwono X berpendapat, prestasi siswa-siswi Indonesia di kancah internasional
menyadarkan bahwa Indonesia belum habis. "Masih memberikan harapan
Indonesia yang lebih baik," ujarnya.
Sultan
menyebutkan, terdapat empat makna penting dari prestasi siswa-siswi Indonesia
di kancah internasional. Pertama, kata dia, dalam keadaan bangsa Indonesia yang
diliputi oleh rentetan korupsi dan masalah-masalah pendidikan, masih banyak
anak Indonesia yang layak diberikan apresiasi. "Kedua, kita ternyata
memiliki banyak anak cerdas dan jenius yang ketekunannya perlu ditempatkan
menjadi teladan yang merupakan benih-benih keunggulan anak bangsa,"
tuturnya.
Selanjutnya,
Sultan mengatakan, makna penting yang ketiga adalah ketika banyak anak muda
yang mementingkan lifestyle (gaya hidup) seperti bersantai, terjerat narkoba,
dan mengambil 'jalan pintas' tetapi mereka justru memberikan harapan bagi masa
depan Indonesia. Keempat, kata dia, di balik kesuksesan itu terdapat bahan
perenungan bagi para pendidik dan pemerintah bahwa siswa-siswi jenius tersebut
sudah ditawarkan beasiswa oleh universitas asing di Amerika, Jepang, Korea,
Singapura, dan Malaysia. "Meski demikian, semua itu memberi warna
menyejukkan di antara sikap skeptis dan pesimistis pada dunia pendidikan,"
ucapnya.
Sultan
juga mengungkapkan, secara umum siswa-siswi Indonesia masih lemah dalam
penguasaan sains murni dibandingkan sains terapan karena mereka lebih menyukai
sains terapan. Dia mengatakan, perlunya menyusun program pendidikan sains yang
dapat diterima setiap siswa. "Anak-anak yang lemah di mata ajar sains,
bagaimana di akhir pendidikan bisa memahami konsep-konsep dasar sains yang
terjadi dalam fenomena kehidupan sehari-hari," katanya. (Sumber :
Kemendikbud))