Budilaksonoputra......Produksi perikanan
budidaya yang berkualitas semakin digalakkan. Agar pengembangkan Bisnis
Akuakultur yang Mandiri dan Tangguh oleh pelaku bisnis ikan semakin maju.
Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menuju perikanan
budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, pun terus digalakkan
antara lain melalui swasembada induk dan benih unggul maupun melalui Gerakan
Pakan Mandiri (GERPARI).
“GERPARI dan Swasembada induk dan benih
unggul sangat penting untuk dilakukan sehingga kita tidak tergantung dari
Negara lain untuk mengembangan usaha perikanan budidaya. Dengan sumberdaya alam
yang kita miliki, kita akan bisa memenuhi kebutuhan bahan baku pakan dan juga
mengembangkan induk dan benih unggul. Hal ini akan meningkatkan kesejahteraan
seluruh lapisan masyarakat yang terlibat dalam usaha perikanan khususnya
perikanan budidaya”, demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan
Budidaya, Slamet Soebjakto, di Jakarta.
Produksi perikanan budidaya pada tahun 2019,
ditargetkan mencapai 31,32 juta ton, dimana 9,15 juta ton (29,22 %) berasal
dari ikan/udang dan 70,78 % berasal dari rumput laut. Sementara target produksi
untuk tahun 2015 adalah sebesar 17,9 juta ton.
Menurut Slame menuturkan bahwa untuk
mendukung pencapaian target yang telah dicanangkan tersebut Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
(DJPB), akan mendorong penerapan Total Akuakultur yaitu penerapan teknologi di
semua rantai nilai produksi budidaya mulai hulu sampai hilir seperti
benih,induk, pakan, sarana dan prasarana, dan lain-lain untuk meningkatkan
efisiensi serta terus menjaga agar perikanan budidaya yang ramah lingkungan
untuk mendukung keberlanjutan.
“Kemandirian dalam produksi pakan
sendiri ini dimaksud untuk keningkatkan penghasilan pembudidaya. Selain itu
juga untuk mendukung ketahanan pangan dengan swasembada ikan, kemandirian juga
mendukung ketahanan ekonomi sehingga tidak tergantung dengan Negara lain yang
dapat dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang”, lanjut Slamet.
Program Kemandirian Pembudidaya Ikan
Program kemandirian Pembudidaya Ikan di
terjemahkan kedalam empat kemandirian. “Pertama adalah kemandirian pakan,
kemudian kemandiarian induk dan benih, kemandirian kelompok pembudidaya ikan
dan terakhir kemandirian wilayah. Melalui gerakan kemandirian ini, kita yakin
pembudidaya akan meningkat kesejahteraan dan pendapatannya dan sekaligus
memberikan nilai tambah pada produk perikanan budidaya, yang kemudian
meningkatkan daya saing produknya di pasar global”, ungkap Slamet
“GERPARI adalah salah satu penerapan
teknologi di bidang perikanan budidaya yang sekaligus meningkatkan efisiensi
usaha. Melalui GERPARI para pembudidaya dituntut untuk memanfaatkan bahan baku
pakan lokal yang berasal dari sumber daya alam daerah untuk memproduksi pakan
ikan, sehingga akan mampu meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Sebagai
contoh adalah pemanfaatan maggot sebagai pengganti tepung ikan. Meskipun tidak
menggantikan penggunaan tepung ikan secara keseluruhan, tetapi dengan kandungan
protein sebesar 45 % dan kadar lemak sebasar 15 %, maggot mempunyai potensi
untuk digunakan untuk menggantikan sebagai tepung ikan impor. Hanya saja yang
perlu diperhatikan untuk budidaya maggot adalah ketersediaan bungkil kelapa
sawit sebagai media tumbuhnya. Sehingga budidaya maggot cocok untuk dilakukan
di daerah yang memiliki limbah bungkil kelapa yang tersedia secara cukup dan
kontinyu. Disamping itu juga memanfaatkan eceng gondok dan limbah biogas untuk
bahan baku pakan mandiri”, tambah Slamet.
Penggunaan bahan baku lokal tersebut
diharapkan tidak mengganggu produksi pakan ikan nasional bahkan perusahaan
pakan ikan di dorong untuk menggunakan bahan baku pakan lokal untuk
menggantikan bahan baku pakan impor. “Ketergantungan akan bahan baku pakan
impor akan mempengaruhi harga pakan, dan karena pakan merupakan komponen biaya
terbesar dalam usaha budidaya ikan maka kondisi ini tidak akan menguntungkan
pembudidaya. GERPARI muncul sebagai solusi. Nantinya pengelola pakan mandiri
ini adalah kelompok-kelompok pakan di luar pembudidaya, sehingga muncul adanya
lapangan kerja baru di sentra-sentra perikanan budidaya. Ada yang mengurusi
bahan baku, produksi pakan dan juga pemasaran. Efeknya bagi perekonomian daerah
akan cukup besar ”, ujar Slamet.
Untuk meningkatkan kesejahteraan
pembudidaya ikan melalui kemandirian ini, yang perlu dilakukan lagi adalah
mengurangi biaya produksi usaha budidaya. “Dengan mengurangi biaya produksi
maka margin yang diperoleh akan meningkat sehingga mereka akan lebih sejahtera.
Melalui GERPARI, biaya pakan akan kita tekan di bawah 60 %, sehingga
pembudidaya dapat berusaha lebih optimal dan menguntungkan”, papar Slamet.
Disamping mandiri dalam hal pakan,
Kemandirian juga di dorong oleh Menteri Susi, dalam hal penyediaan induk dan
benih unggul. “Beberapa komoditas budidaya air tawar saat ini sudah dapat
menyediakan induk unggul, seperti ikan nila dan lele. Ke depan, kita akan
dorong kemandirian induk dan benih unggul untuk komoditas lain seperti
udang vaname, dan juga komoditas lainnya”, papar Slamet.
Kemandirian yang dimaksud disini adalah
bahwa dalam satu wilayah atau kawasan dapat memenuhi kebutuhan benih dan induk
unggul secara cukup dan berkelanjutan, sehingga tidak mendatangkan induk atau
benih dari daerah lain. “Ketersediaan induk dan benih mandiri akan mendorong
percepatan peningkatan produksi, karena induk dan benih tersebut sudah mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga pertumbuhannya akan lebih
cepat dan penggunaan pakannya akan lebih efisien”, papar Slamet.
Slamet mengungkapkan bahwa kemandirian
akan menjadi kunci utama dalam peningkatan produksi perikanan budidaya dan
peningkatan perekonomian suatu daerah. “Perikanan Budidaya yang mandiri,
berdaya saing dan berkelanjutan, akan mendorong pembudidaya untuk lebih kreatif
dan inovatif memanfaatkan sumberdaya alam dan menghasilkan produk yang mampu
bersaing di pasar bebas serta memperhatikan lingkungan dalam melakukan usaha
perikanan budidaya”, pungkas Slamet. (Sumber : Direktur Jendral Perikanan Budidaya)