Budilaksonoputra......Kepada orang tua berhati-hatilah
dalam berbicara kepada putra-putrinya karena apa yang disampaikan adalah sebuah
ibadah. Mendidik anak yang masih kecil itu lebih sulit daripada dewasa, maka
oleh sebab itu berilah contoh yang baik dalam berprilaku. Apapun yang dilihat
anak itu akan teringat memorinya saat dewasa nanti. Karena itu anak harus
selalu diawasi dalam pergaulannya, diberi ilmu agama agar dewasa nanti mereka
sungguh melaksanakan dan mengamalkan. Janganlah remehkan dakwah untuk anak?
Anak adalah cahaya hidup bagi orang tua.
Dan anaklah generasi penerus kita dimasa depan, maka itu apapun permasalahan
kita didalaam rumah tangga jangan sampai anak tahu. Kita harulah menggembleng
anak kita untuk siap menghaadapi kesulitan, maka kelak mereka tak mudah ambruk
hanya karena langkah mereka terhalang oleh kendala-kendala yang menghadang.
Tetapi jika engkau salah membekali, mereka akan menjadi beban bagi ummat ini di
masa yang akan datang. Cemerlangnya otak sama sekali tidak memberi keuntungan
jika hati telah beku dan kesediaan untuk berpayah-payah telah runtuh.
Maka, ketika engkau mengurusi anak-anak
di sekolah, ingatlah sejenak. Tugas utamamu bukan sekedar mengajari mereka
berhitung. Bukan! Engkau sedang berdakwah. Sedang mempersiapkan generasi yang
akan mengurusi umat ini 30 tahun mendatang. Dan ini pekerjaan sangat serius.
Pekerjaan yang memerlukan kesungguhan berusaha, niat yang lurus, tekad yang
kuat serta kesediaan untuk belajar tanpa henti.
Karenanya, jangan pernah main-main dalam
urusan ini. Apa pun yang engkau lakukan terhadap mereka di kelas, ingatlah
akibatnya bagi dakwah ini 30 - 40 tahun yang akan datang. Jika mereka engkau
ajari curang dalam mengerjakan soal saja, sesungguhnya urusannya bukan hanya
soal bagaimana agar mereka lulus ujian. Bukan. Yang terjadi justru sebaliknya,
masa depan umat sedang engkau pertaruhkan!!! Tidakkah engkau ingat bahwa induk
segala dusta adalah ringannya lisan untuk berdusta dan tiadanya beban pada jiwa
untuk melakukan kebohongan.
Maka, ketika mutu pendidikan anak-anak
kita sangat menyedihkan, urusannya bukan sekedar masa depan sekolahmu. Bukan.
Sekolah ambruk bukan berita paling menyedihkan, meskipun ini sama sekali tidak
kita inginkan. Yang amat perlu kita khawatiri justru lemahnya generasi yang
bertanggung-jawab menegakkan dien ini 30 tahun mendatang. Apa yang akan terjadi
pada umat ini jika anak-anak kita tak memiliki kecakapan berpikir, kesungguhan
berjuang dan ketulusan dalam beramal?
Maka..., ketika engkau bersibuk dengan
cara instant agar mereka tampak mengesankan, sungguh urusannya bukan untuk
tepuk tangan saat ini. Bukan pula demi piala-piala yang tersusun rapi.
Urusannya adalah tentang rapuhnya generasi muslim yang harus mengurusi umat ini
di zaman yang bukan zamanmu. Kitalah yang bertanggung-jawab terhadap kuat atau
lemahnya mereka di zaman yang boleh jadi kita semua sudah tiada.
Hari ini, ketika di banyak tempat,
kemampuan guru-guru kita sangat menyedihkan, sungguh yang paling
mengkhawatirkan adalah masa depan umat ini. Maka, keharusan untuk belajar
bagimu, wahai Para Guru, bukan semata urusan akreditasi. Apalagi sekedar untuk
lolos sertifikasi. Yang harus engkau ingat adalah: “Ini urusan umat. Urusan
dakwah.” Jika orang-orang yang sudah setengah baya atau bahkan telah tua, sulit
sekali menerima kebenaran, sesungguhnya ini bermula dari lemahnya dakwah
terhadap mereka ketika masih belia; ketika masih kanak-kanak. Mereka mungkin
cerdas, tapi adab dan iman tak terbangun. Maka, kecerdasan itu bukan menjadi
kebaikan, justru menjadi penyulit bagi mereka untuk menegakkan dien.
Wahai Para Guru, belajarlah dengan
sungguh-sungguh bagaimana mendidik siswamu. Engkau belajar bukan untuk memenuhi
standar dinas pendidikan. Engkau belajar dengan sangat serius sebagai ibadah
agar memiliki kepatutan menjadi pendidik bagi anak-anak kaum muslimin. Takutlah
engkau kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sungguh, jika engkau menerima amanah
sebagai guru, sedangkan engkau tak memiliki kepatutan, maka engkau sedang
membuat kerusakan.