Budilaksonoputra…..Diwaktu
santai sore hari tepatnya minggu ini tanggal 28 Desember 2014 punya keinginan
membuka website inspiratif yang memberi motivasi kepada kami. Website yang menarik kami untuk membuka adalah www. Kabarpks.com
kemudian diklik muncul pada halaman awal tulisan yang diturunkan dengan judul “ Menulis tak butuh bakat melimpah”. Dari
judulnya aja sudah menarik dan memberi motivasi kepada pembaca, mengajak
pembaca untuk tetap menulis dan menulis, tetap optimis dengan hasil karya kita
walau kadang kurang sempurna hasilnya.
Dari
imajinasi kami yang sempat menurun dalam menulis, langsung bangkit untuk memberi
karya-karya yang inspiratif dan manfaat kepada pembaca melalui www. budilaksonoputra.blogspot.com.
“Menulis tidak perlu bakat yang banyak,
tinggal mau atau tidak” itu adalah kata awal yang dilontarkan
pertama oleh seorang Cahyadi Takariawan, kompasioner favorite 2014 yang
menyampaikan "Sharing Session" kepada hampir 150 kader Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) di MD Buliding, atau kantor Dewan Pengurus Pusat PKS
(DPP), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (28/12).
Kemudian
kata-kata yang inspiratif-inspiratif lain dari seorang kompasionar terkenal
yang sudah 14 tahun berpengalaman sebagai konselor dan penulis Buku "Yang Tegar di Jalan
Dakwah" ini yang banyak member penuturan bahasa segar penuh motivasi….
Mari kita baca inspirasinya dalam
Sharing session dibawah ini
By : Oleh Humas DPP PKS
Pria
asal Yogyakarta ini mengungkapkan, sebagai seorang penulis jangan pernah
menyerah untuk terus berusaha agar tulisan yang dihasilkan dapat terpublikasi.
"Kalau
kita menulis jangan sampai ditolak media. Jadi kalau ditolak di media Nasional,
kirim ke media lokal. Media kampus, kalau ditolak juga muat di media
sendiri," tutur penulis yang akrab disapa Pak Cah itu.
Menurut Pak Cah mengungkapkan, kapan saja waktu yang terbaik untuk menulis. "Hari
terbaik menulis itu, senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan ahad, dan
waktu yang terbaik untuk menulis itu, jam 1, jam 2, jam 3 sampai jam
24.00," kelakarnya, disambut gelak tawa para peserta diskusi.
Bagi
seorang penulis, tidak boleh ada alasan lagi kering inspirasi. "Menulis
itu bisa dari pengalaman, amanah maupun kegiatan sehari-hari," ungkap
konselor rumah tangga ini.
Pak
Cah mencontohkan seorang ibu-ibu di Yogyakarta bisa menerbitkan satu buku.
Berawal dari rutinitas menunggui anak pulang sekolah, sang ibu mencatat setiap
cerita para ibu tentang aktivitas anaknya. "Jadilah buku 'Celoteh
Anak-Anak'. Keseharian kita bisa jadi inspirasi tulisan."
Pengalaman
itulah yang diakuinya membedakan genre tulisannya. "Dulu saya banyak
menulis yang ideologis semisal 'Menikah di Jalan Dakwah'. Tapi sekarang
judulnya 'Woderfull Couple', 'Wonderfull Husband'. Ada perbedaan
karena kini saya menulis tanpa merumitkan diri dengan referensi. Cukup
mengeluarkan pengalaman sebagai konselor 14 tahun," kisahnya.
Pak
Cah mengaku dengan menulis ulang pengalamannya, ia bisa lebih lepas dalam
berekspresi. Dan Dia berbagi tips untuk menyimpan ide. Ia selalu mencatat lintasan ide di
telepon genggamnya. Ia juga selalu menyempatkan menulis satu jam sehari setelah
Shubuh. Pak Cah mengaku ia bisa menulis dimana saja untuk artikel di internet.
"Tapi untuk menulis buku saya perlu satu tempat dan waktu khusus,"
ungkapnya.
Pak Cah menambahkan, soal profesi sebagai penulis di Indonesia belum bisa sebagai mata pencarian. "Menulis itu jadi jendela saja, bukan untuk terkenal tapi dikenal," katanya.
Pesan dari kompasioner favorit tahun 2014, Pak Cah adalah Aktivitas menulis jangan dibenturkan dengan profesi yang lain. " Menulis itu bisa berkembang seiring dengan profesi," tuturnya
( Sumber dari : www.kabarpks.com tanggal 28 Desember 2014 )