Budilaksonoputra....Dua virus udang windu yakni White spot dan Yellow head tersebut sebenarnya sudah mewabah dalam satu dekade. Dulu budidaya udang windu bagaikan tambang mas bagi petambak di Sidoarjo. Namum akhir banyak para petambak yang merugi atau gulung tikar yang tetap budidaya udang windu. Karena udang windu tidak dapat diandalkan maka mereka pindah budidaya udang vanname. Namum virus itu tetap menyerang udang putih itu yang cukup kebal terhadap penyakit tersebut.
Budidaya udang vanname resikonya tak sebesar budidaya udang windu. Jika udang vanname terserang virus dan berumur diatas satu bulan masih dapat dijual. Jika udang windu yang terserang penyakit ini pada umur satu bulanan, petambak merugi karena udangnya banyak mati dan harga bibitnya sudah mahal " katanya salah satu petambak. Selain berpindah pada budidaya udang vanname, petambak banyak tetap budidaya ikan bandeng. Budidaya ikan bandeng butuh waktu lama dan tidak seperti yang menjanjikan bila budidaya udang.
Diketahui sentral budidaya udang di Kabupaten Sidoarjo yang terbesar tersebar di delapan kecamatan, yaitu kecamatan Japon, Porong, Tanggulangin, Candi, Kota Sidoarjo, Buduran, Sejati dan Kecamatan Waru. Total tambak sekitar 15.539 Ha. Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Bachruni Aryawan mengatakan, Untuk meningkatkan budidaya perikanan di Sidoarjo pihaknya menggalakkan budidaya Organik. Terutama budidaya udang agar beralih pindah ke budidaya secara organik, sebab resikonya kematiannya sangat kecil.
Dinas Kelautan dan Perikanan optimis perikanan di Sidoarjo akan lebih maju lagi, terutama budidaya udang dan ramah lingkungan. Bahkan kini luas pertambakan 15.539 Ha hampir 80% menerapkan budidaya organik, "Kita berharap dua tahun lagi budidaya udang organik lebih besar dari tahun ini,"ujar Bachruni.
( sumber : beritajatim.com tanggal 1 januari 2014 )